Penampilan Perdana di Panggung Internasional

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saya sangat menyukai musik, baik itu hanya mendengarkan, bermain instrumen, ataupun menyanyi. Alhamdulillah orang tua saya mengenalkan saya dengan les musik (awalnya saya les organ) di Queen Music, Solo. Berkat berbagai macam kesempatan, saya akhirnya bisa melanjutkan hobi bermusik saya ke ranah band. Saat SD saya bermain keyboard di band SD dan dilanjutkan Wish Band yang sempat menjadi finalis Festival Musik se-Jawa Bali. Saat SMP saya belajar bermain gitar secara otodidak. Hasilnya, saya menjadi gitaris di band yang saya namakan Slippers Area dan saya juga mulai menulis lagu. Saat SMA, saya kembali berganti posisi menjadi drummer, lagi-lagi berkat latihan sendiri, bukan les. Dan saat kuliah, saya pernah bermain di semua instrumen, mulai dari gitar, drum, bass, keyboard, bahkan gamelan. Saya juga sempat menyanyi di beberapa penampilan saya.

Baik, kembali ke judul. Saya sempat berpikir bahwa perjalanan bermusik saya akan berhenti saat saya berada di Korea. Tidak ada teman yang saya kenal, dan tentu saja tidak ada gitar ataupun keyboard di sini. Namun semua itu berubah ketika tiba-tiba ada sebuah anugerah. Teman lab saya membawa gitar ke lab. Jadilah saya sering pulang agak malam untuk sejenak bermain gitar di lab.

Dan sekali lagi, yang namanya kesempatan itu pasti datang meskipun entah kapan ia datang. Bagi saya, kesempatanb itu datang bersamaan dengan email yang dikirim dari graduate school office. Isi email itu adalah tawaran untuk bermain di acara yang berjudul Foreign Exchange Students Global Culture Festival. Sebuah acara untuk mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa internasional untuk tampil di sebuah panggung di Haeundae, Busan. Tentu saja saya sangat tertarik. Saya bertanya pada beberapa mahasiswa internasional dan sayangnya mereka kurang tertarik. Apa boleh buat, nampil sendiri pun tidak masalah bagi saya. Namun tiba-tiba ada seorang anak Vietnam yang bernama Tra berkata bahwa dia bisa menyanyi. Ok, baiklah. Saya akan bermain gitar dan dia akan bernyanyi.

Sempat sulit untuk menentukan lagu apa yang akan kami nyanyikan, karena sya sangat ingin menyanyikan lagu Indonesia namun dia tidak bisa. Akhirnya diambil jalan tengah, kami memilih lagu Korea berjudul Starry Night yang dinyanyikan oleh Davichi karena katanya dia bisa menyanyikan lagu itu dengan bagus. Namun harapan untuk tampil sebagus mungkin itu sedikit pupus ketika latihan. Ternyata si anak ini tidak terlalu bisa bernyanyi, termasuk mengikuti tempo dan menyanyi nada tinggi. Ah, ya sudahlah. Saya akali hal tersebut dengan saya ‘terpaksa’ bernyanyi di beberapa bagian lagu untuk menutupi suaranya. Tapi untungnya, dari awal saya tidak pernah berharap untuk menang (meskipun hadiah utamanya sebesar 500.000 Won). Saya hanya ingin nampil dan mendapat pengalaman manggung di panggung internasional dan dilihat banyak orang.

Hari H itu pun datang, 11-11-11. Hari di mana saya akan tampil pertama kali di panggung internasional. Saat gladi resik pun saya sudah mengira bahwa saya tidak akan bisa menang. Peserta lain nampak mempersiapkan diri mereka dengan sepenuhnya. Berbeda dengan kami yang hanya latihan selama 2 minggu. Peserta lain ada yang menari Saman (mahasiswa Kyungsung asal Indonesia), menari China, bermain seruling, memainkan alat musik tradisional Korea, Taekwondo, Gee, dll. Ya nggak masalah, yang jelas saya akan nampil sebagus mungkin.

Inilah penampilan kami di sana. Saya membuka penampilan dengan sedikit speech berbahasa Inggris dan menutup lagu dengan bernyanyi sendirian. Sayang, si anak Vietnam nampak gugup dan nervous sehingga kehilangan beberapa tempo dan sempat tercekik ketika menyanyikan nada tinggi. Silakan dinikmati penampilan kami.

Dan ini adalah foto mahasiswa Indonesia yang pada hari itu sangat berbahagia karena berhasil nampil di panggung internasional

 

One thought on “Penampilan Perdana di Panggung Internasional

Leave a reply to bhellabhello Cancel reply