Istri Saya Hamil, lalu…?

Beberapa minggu yang lalu istri saya tiba-tiba sering merasa mual. Selain itu dia juga mulai nampak kucel secara penampilan dan malas melakukan kegiatan sehari-hari. Saya mulai GR, jangan-jangan istri saya hamil nih. Untuk meyakinkan, saya membeli testpack bermerk Sensitif di Alfamart Ujung Beruung. Tidak disangka, ternyata Sensitif ini mahal (+/- Rp 30.000,-). Setelah membelinya, saya menyerahkan testpack itu kepada istri saya, namun dia tidak segera mengetesnya karena dia nampak ngantuk dan lelah. Jadilah kami berdua tidur awal karena esok dini hari saya harus kembali ke Subang.

Dini harinya, ketika saya sudah bangun dan sedang berganti pakaian, tiba-tiba istri saya datang.

“Nih, abang harus tanggung jawab!” katanya sambil menunjukkan testpack dengan 2 garis yang tertera jelas di sana.

Alhamdulillah, doa kami, doa orangtua kami, doa keluarga kami, dan doa kerabat dan teman-teman yang hadir ataupun tidak hadir di acara pernikahan kami dikabulkan Allah. InsyaAllah kami berdua, yang sama-sama anak pertama dari orangtua dan cucu tertua dari keluarga besar kami, akan melanjutkan silsilah keluarga kami ke generasi berikutnya. Segera setelah melihat hasil testpack tersebut, kami menyampaikan kabar gembira ini kepada orangtua dan keluarga kami. Kami menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi ini kepada teman-teman kami sebelum mendapatkan hasil USG dari pemeriksaan dokter.

Seminggu saya berada di Subang sendirian dan istri saya berada di Ujung Berung. Setidaknya di sana dia ada yang merawat dan menjaganya kalau-kalau dia mual dll. Hari Sabtunya saya kembali ke Bandung dan pada Hari Minggunya kami ke dokter kandungan di RS Hermina Arcamanik. Alhamdulillah, dari hasil USG memang sudah nampak bulatan hitam yang nantinya akan menjadi anak kami.

Lalu?

Sejujurnya saya belum pernah membayangkan ada di posisi sebagai seorang suami dengan istri yang hamil. ternyata apa yang orang-orang katakan tentang hamil muda itu benar adanya, mulai dari mual, lemas, pegal, pusing, tiba-tiba ingin sesuatu (ini yang biasa disebut nyidam), dll. Sebagai suami, tentu saya tidak bisa menghilangkan hal-hal tersebut, tetapi setidaknya saya dapat mengurangi hal-hal tersebut. Apa yang saya bisa lakukan? Yah, setidaknya saya dapat mencuci piring, memasak apa adanya, mencucikan pakaian (melaundrykan, saya tidak sanggup mencuci sendiri), membelikan apa yang diinginkannya, sampai berusaha untuk standby disampingnya saat malam (meskipun pada akhirnya malah saya yang tertidur duluan. Hehe).

Well, ini merupakan hal yang pasti tidak akan kami lupakan seumur hidup. Pengalaman istri saya yang hamil untuk pertama kali dan pengalaman saya menghadapi orang hamil untuk pertama kali pula. Termasuk di dalamnya adalah pengalaman istri saya yang muntah terus menerus dan saya yang kebingungan karena dia muntah terus menerus sampai pucat, sampai-sampai saya tidak tega meninggalkannya untuk sholat terawih di masjid. Hehe

Akhir kata, kami berdua mohon doa restu agar kehamilan istri saya berjalan dengan lancar dan nantinya anak kami akan menjadi anak yang sholeh/sholehah dan ganteng/cantik. Aamiin.

The newest project begins, #yonnyjunior2015 🙂

The Wedding – Part 2

11:00 WIB, Gedung Setia Bintang Graha

Acara kedua dalam hari yang sama, kami berganti kostum. Baju pengantin kami yang pada mulanya berwarna putih tulang berganti menjadi… PINK. Ini sama sekali bukan impian Rizka apalagi saya untuk mengenakan baju pengantin berwarna pink. Bahkan sejujurnya, kami baru diberitahu penata riasnya bahwa baju resepsi kami berwarna pink pada hari H-1. Bagi Rizka mungkin bukan suatu masalah besar mengenakan warna pink karena kulitnya yang terang, namun tidak demikian halnya dengan saya yang berkulit gelap ini. Well, the show must go on. Akhirnya kami berdua mengenakan baju pengantin berwarna pink.

Masih terkait dengan tampilan kami saat resepsi, penata rias tidak menyediakan tutup kepala yang cocok bagi saya. Memang ada peci berwarna pink yang dia bawa, namun sepertinya peci dan setelan jas modern yang saya pakai nampak kurang matching. Kesimpulannya, saya harus menata rambut saya yang kribo ini dengan sebaik mungkin karena rambut saya tidak akan ditutup apa-apa. Saya yang sehari-hari membiarkan rambut ini apa adanya pun terpaksa mengatur rambut dengan sekeren mungkin, termasuk menggunakan gel rambut, suatu hal yang hamper tidak pernah saya gunakan semenjak saya SMP.

Terlepas dari urusan penampilan, Alhamdulillah acara resepsi berlangsung dengan lancar. Banyak teman saya dan Rizka yang datang, diantaranya teman-teman SMA 3 Bandung, FK Unpad, Elektro ITB, sampai teman pendakian Semeru. Tidak lupa, seluruh keluarga besar dan kerabat kami juga hadir di acara itu. Ya, inilah rasanya menjadi raja dan ratu sehari, seperti yang dikatakan orang-orang. Lelah memang, kami harus menebar senyuman selama hampir 3 jam, duduk berdiri beberapa kali, dan yang pasti menahan lapar juga. Tapi semuanya terbayarkan setelah acara ini selesai setelah berlangsung dengan lancar.

15:30 – 22:00 WIB, Rumah Rizka dan Rumah Tante Lia

Seusai acara, saya dan Rizka, menuju ke rumah Rizka di Ujung Berung. Yap, kami berdua saja, tanpa ada yang mengantar, yang artinya saya mengendarai mobil sendiri. Sebagai tambahannya, kami masih mengenakan baju pengantin lengkap. Hahaha. Saking mepetnya waktu, saya dan Rizka tidak sempat berganti baju. Selain itu, kami juga mengira bahwa ada keluarga RIzka di sana yang ingin berfoto dengan kami yang masih mengenakan baju penganti. Sesampainya di sana, ternyata seluruh keluarga telah berganti baju. Tinggallah kami berdua yang salah kostum, mengenakan baju pengantin di rumah. Hehe. Kami berdua tidak lama di sini karena beberapa anggota keluarga Rizka sudah pulang ke rumahnya. Selain itu, keluarga besar Solo mengundang kami untuk makan malam di rumah tante saya.

Kumpul keluarga tentu saja menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bahkan kata Rizka, keluarganya yang berkumpul di saat hari pernikahan kami lebih lengkap dibandingkan saat lebaran. Keluarga saya pun tidak kalah hebohnya, rombongan bus dari Solo dan keluarga yang ada di Bandung pun berkumpul semua. Hanya satu tante yang tidak datang karena menyimpan cutinya untuk acara di Solo minggu depannya. Kerelaan keluarga kami untuk datang jauh-jauh demi menghadiri acara kami tentu saja membuat kami merasa senang dan tersanjung.

22:00 – … WIB Hotel Al-Queby, Antapani

Karena rumah Rizka yang masih digunakan untuk beristirahat beberapa keluarganya, rumah tante yang penuh dengan keluarga saya yang baru akan pulang ke Solo besok, dan kami berdua yang menginginkan privasi untuk beristirahat, akhirnya kami beristirahat di tempat netral selama semalam saja sebelum keesokan harinya kami akan pulang ke Subang.

The Wedding – Part 1

Assalamualaikum wr.wb.

Akhirnya saya kembali menulis di sini. Ini adalah tulisan pertama saya semenjak acara terbesar dalam hidup saya, yaitu acara pernikahan saya. Yup, terhitung sejak tanggal 22 Maret 2014, saya bukan lagi Yonny yang berstatus single, namun saya telah menjadi Yonny, suami dari seorang wanita bernama Rizka Vinkan Septiani.

Acara pernikahan kami terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu akad nikah, resepsi di Bandung, dan ngundhuh mantu di Solo. Akad dan resepsi di Bandung dilaksanakan pada hari yang sama, 22 Maret 2014, sedangkan acara ngundhuh mantu dilaksanakan seminggu setelahnya. Alhamdulillah semua acara berlangsung dengan lancar.

Jumat malam, 21 Maret 2014

Kata orang, malam sebelum pernikahan adalah malam yang luar biasa menegangkan bagi kedua pasangan. Namun yang terjadi pada kami nampaknya sebaliknya. Banyaknya keluarga Solo yang datang ke Bandung membuat saya merasa santai dan tenang menghadapi hari esok. Canda gurau dan pertanyaan yang mempertanyakan kesiapan saya untuk menikah sesekali mewarnai malam itu. Namun saya balas menghadapi semua itu dengan senyuman dan canda gurau lainnya. Saya tidur awal, sebelum hari berganti.

Sabtu, 22 Maret 2014, 3:00 WIB
Saya dan ibu saya sholat malam bersama. Dalam sholat, saya berdoa pada Allah dan memohon kemantapan niat dan hati kepadaNya. Seusai sholat, saya berbincang sejenak dengan ibu. Sebuah percakapan antara ibu dan anak lelakinya yang akan dilepasnya, sebuah percakapan antara ibu dan anak lelakinya yang telah menentukan pilihannya, sebuah percakapan antara ibu dan anak lelakinya yang telah dikandung dan dirawatnya sampai ia akan ‘meninggalkan’nya dan hidup bersama seorang wanita lain. Kami berbincang tentunya tentang kemantapan hati saya, kesiapan saya, dan apa yang harus saya lakukan nantinya setelah menikah. Terlintas beberapa kekhawatiran dan banyak harapan dari ibu saya. Sebagai satu-satunya anak laki-laki, ditambah ayah saya yang sudah tiada, saya memang memiliki tanggung jawab untuk keluarga saya. InsyaAllah, saya akan tetap menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan keluarga.

7:00 WIB, basecamp rombongan Solo
Beberapa jam sebelum akad nikah, saya dan seluruh keluarga sudah bekumpul di rumah tante, Jalan Kalijati Indah VII, Antapani, Bandung. Masih belum ada tanda-tanda nervous dari diri saya. Kami sudah berganti pakaian, termasuk saya yang sudah memakai pakaian akad nikah berwarna putih tulang dan mengenakan samping (di Jawa ini disebut jarik). Kami menanti lampu hijau dari keluarga calon mempelai wanita untuk berangkat ke masjid. Pukul 8 kurang beberapa menit, ponsel saya berbunyi,dari orangtua Rizka. Saya menyampaikan kepada keluarga bahwa ini adalah waktu untuk berangkat. Karena jarak yang tidak begitu jauh, rombongan Solo pun berangkat ke masjid dengan berjalan kaki (saya sendiri naik mobil saya yang belum sempat dicuci bersama ibu dan adik).

8:00 WIB, Masjid Qaf
Saya disambut oleh keluarga Rizka di depan pintu masuk masjid. Saya dan keluarga hanya mengikuti rangkaian acara yang telah ditetapkan oleh bapak MC. Masih belum ada rasa deg-degan bahkan setelah saya duduk bersama ibu dan calon ibu mertua, berjajar bersama keluarga lainnya. Rasa itu baru muncul saat saya dipanggil untuk duduk di salah bantal yang mengelilingi meja kotak yang diletakkan di depan mimbar masjid. Entah kenapa saya diminta untuk duduk di sisi yang dekat mimbar, yang artinya saya menghadap ke para tamu undangan, dan itu membuat saya lebih deg-degan. Yang membuat saya deg-degan adalah saya ingin segera sampai ke acara ijab qobul, saat dimana saya menjawab apa yang dikatakan oleh ayah Rizka. Bukan apa-apa, saya belum latihan sama sekali untuk hal ini, saya takut lupa dengan kalimat yang harus saya ucapkan.

Pembukaan, pembacaan ayat suci al-quran, dan khutbah nikah bagi saya berlalu dengan lambatnya. Di saat saya sudah siap untuk melakukan ijab qobul, MC tiba-tiba meminta saya untuk bertukar posisi ke bantal yang terletak dekat tamu undangan sehingga saya menghadap kiblat. Setelah bertukar tempat, bapak penghulu memastikan perihal mas kawin yang akan saya berikan dan ucapan ijab qobul yang akan saya ucapkan. Akhirnya tiba juga saat saya diminta untuk menjabat tangan ayah Rizka. Bismillah, saya berdoa dalam hati sambil meminta kelancaran kepada Allah. Dan, Alhamdulillah, sah. Saya pun sah menjadi suami seorang wanita bernama Rizka Vinkan Septiani.

Beberapa saat kemudian, Rizka muncul dari tempat penantiannya dan duduk di samping saya untuk menyelesaikan urusan administrasi KUA. Acara dilanjutkan dengan penyerahan mas kawin, foto-foto, dan sungkeman kepada orangtua dan kakek/nenek dari keluarga kami, dan foto-foto lagi. Kemudian, di tengah gerimis pagi, kami, keluarga, dan tamu undangan berpindah dari Masjid Qaf ke Gedung Setia Bintang Graha untuk melangsungkan acara resepsi.

Tentang www.septianseptiani.com

Kemarin, 25 februari 2014, saya dan Rizka resmi melaunching web kami, http://www.septianseptiani.com. Web ini telah kami persiapkan sejak selesai lamaran. Kami berdua ingin memiliki sebuah web pernikahan yang tidak biasa. Tidak biasa di sini bukan tentang tampilan yang aneh-aneh atau lainnya, tetapi kami lebih mengutamakan isi dari web kami.

Pertama adalah tentang berbagi cerita bagaimana kami mengenal, bertemu, dan akhirnya memutuskan untuk melangkah lebih jauh lagi. Percayalah, Takdir Tuhan dan jodoh itu ada dan nyata. Salah satu buktinya adalah bagaimana kami bisa saling mengenal satu sama lain meski terpisah ruang dan waktu, antara Indonesia dan Korea.

Kedua, kami ingin melibaykan teman-teman kami dalam web itu. Saya yakin teman-teman saya tidak tahu siapa Rizka, dan hal yang sama pasti berlaku untuk sebaliknya. Oleh karena itu, kami meminta teman-teman kami untuk menulis testimoni tentang kami sehingga teman-teman pasangan kami memiliki bayangan siapa yang akan menjadi pasangan temannya. Selain itu, kami juga meminta teman-teman untuk menuliskan pendapat mereka tentang relationship secara umum.

Ketiga, tentang kami, baik itu apa-apa saja yang telah kami berikan kepada pasangan. Kami juga memasang foto kami saat kecil agar teman-teman tahu sekeren apa kami saat kecil. Hehe.

Keempat, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak dan orang-orang yang telah membantu segala proses yang kami jalani, termasuk para mak comblang kami. Apalah kami ini tanpa kalian semuanya.

Well, itulah gambatan singkat mengenai web yang kami buat. Kami tidak ingin isi web ini stagnan dan monoton sampai hari-h nanti. Oleh karena itu, tunggu sambungan cerita2 kami dan update lain-lainnya. 🙂