The Wedding – Part 1

Assalamualaikum wr.wb.

Akhirnya saya kembali menulis di sini. Ini adalah tulisan pertama saya semenjak acara terbesar dalam hidup saya, yaitu acara pernikahan saya. Yup, terhitung sejak tanggal 22 Maret 2014, saya bukan lagi Yonny yang berstatus single, namun saya telah menjadi Yonny, suami dari seorang wanita bernama Rizka Vinkan Septiani.

Acara pernikahan kami terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu akad nikah, resepsi di Bandung, dan ngundhuh mantu di Solo. Akad dan resepsi di Bandung dilaksanakan pada hari yang sama, 22 Maret 2014, sedangkan acara ngundhuh mantu dilaksanakan seminggu setelahnya. Alhamdulillah semua acara berlangsung dengan lancar.

Jumat malam, 21 Maret 2014

Kata orang, malam sebelum pernikahan adalah malam yang luar biasa menegangkan bagi kedua pasangan. Namun yang terjadi pada kami nampaknya sebaliknya. Banyaknya keluarga Solo yang datang ke Bandung membuat saya merasa santai dan tenang menghadapi hari esok. Canda gurau dan pertanyaan yang mempertanyakan kesiapan saya untuk menikah sesekali mewarnai malam itu. Namun saya balas menghadapi semua itu dengan senyuman dan canda gurau lainnya. Saya tidur awal, sebelum hari berganti.

Sabtu, 22 Maret 2014, 3:00 WIB
Saya dan ibu saya sholat malam bersama. Dalam sholat, saya berdoa pada Allah dan memohon kemantapan niat dan hati kepadaNya. Seusai sholat, saya berbincang sejenak dengan ibu. Sebuah percakapan antara ibu dan anak lelakinya yang akan dilepasnya, sebuah percakapan antara ibu dan anak lelakinya yang telah menentukan pilihannya, sebuah percakapan antara ibu dan anak lelakinya yang telah dikandung dan dirawatnya sampai ia akan ‘meninggalkan’nya dan hidup bersama seorang wanita lain. Kami berbincang tentunya tentang kemantapan hati saya, kesiapan saya, dan apa yang harus saya lakukan nantinya setelah menikah. Terlintas beberapa kekhawatiran dan banyak harapan dari ibu saya. Sebagai satu-satunya anak laki-laki, ditambah ayah saya yang sudah tiada, saya memang memiliki tanggung jawab untuk keluarga saya. InsyaAllah, saya akan tetap menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan keluarga.

7:00 WIB, basecamp rombongan Solo
Beberapa jam sebelum akad nikah, saya dan seluruh keluarga sudah bekumpul di rumah tante, Jalan Kalijati Indah VII, Antapani, Bandung. Masih belum ada tanda-tanda nervous dari diri saya. Kami sudah berganti pakaian, termasuk saya yang sudah memakai pakaian akad nikah berwarna putih tulang dan mengenakan samping (di Jawa ini disebut jarik). Kami menanti lampu hijau dari keluarga calon mempelai wanita untuk berangkat ke masjid. Pukul 8 kurang beberapa menit, ponsel saya berbunyi,dari orangtua Rizka. Saya menyampaikan kepada keluarga bahwa ini adalah waktu untuk berangkat. Karena jarak yang tidak begitu jauh, rombongan Solo pun berangkat ke masjid dengan berjalan kaki (saya sendiri naik mobil saya yang belum sempat dicuci bersama ibu dan adik).

8:00 WIB, Masjid Qaf
Saya disambut oleh keluarga Rizka di depan pintu masuk masjid. Saya dan keluarga hanya mengikuti rangkaian acara yang telah ditetapkan oleh bapak MC. Masih belum ada rasa deg-degan bahkan setelah saya duduk bersama ibu dan calon ibu mertua, berjajar bersama keluarga lainnya. Rasa itu baru muncul saat saya dipanggil untuk duduk di salah bantal yang mengelilingi meja kotak yang diletakkan di depan mimbar masjid. Entah kenapa saya diminta untuk duduk di sisi yang dekat mimbar, yang artinya saya menghadap ke para tamu undangan, dan itu membuat saya lebih deg-degan. Yang membuat saya deg-degan adalah saya ingin segera sampai ke acara ijab qobul, saat dimana saya menjawab apa yang dikatakan oleh ayah Rizka. Bukan apa-apa, saya belum latihan sama sekali untuk hal ini, saya takut lupa dengan kalimat yang harus saya ucapkan.

Pembukaan, pembacaan ayat suci al-quran, dan khutbah nikah bagi saya berlalu dengan lambatnya. Di saat saya sudah siap untuk melakukan ijab qobul, MC tiba-tiba meminta saya untuk bertukar posisi ke bantal yang terletak dekat tamu undangan sehingga saya menghadap kiblat. Setelah bertukar tempat, bapak penghulu memastikan perihal mas kawin yang akan saya berikan dan ucapan ijab qobul yang akan saya ucapkan. Akhirnya tiba juga saat saya diminta untuk menjabat tangan ayah Rizka. Bismillah, saya berdoa dalam hati sambil meminta kelancaran kepada Allah. Dan, Alhamdulillah, sah. Saya pun sah menjadi suami seorang wanita bernama Rizka Vinkan Septiani.

Beberapa saat kemudian, Rizka muncul dari tempat penantiannya dan duduk di samping saya untuk menyelesaikan urusan administrasi KUA. Acara dilanjutkan dengan penyerahan mas kawin, foto-foto, dan sungkeman kepada orangtua dan kakek/nenek dari keluarga kami, dan foto-foto lagi. Kemudian, di tengah gerimis pagi, kami, keluarga, dan tamu undangan berpindah dari Masjid Qaf ke Gedung Setia Bintang Graha untuk melangsungkan acara resepsi.

2 thoughts on “The Wedding – Part 1

Leave a reply to bhellabhello Cancel reply